Pilihan

Selasa, 19 April 2011

INI SOAL RENDAH HATI

Banyak orang boleh bicara kerendahan hati. Termasuk saya. Saya bicara soal kerendahan hati, karena saya termasuk orang yang sulit rendah hati. Termasuk menghadapi orang-orang yang tidak punya hati.

Saya baru saja menikmati ulang Buku The 8th Habit halaman awal. Menemukan beberapa hal mendasar di dalamnya. Sedari awal gambaran pendakian diberikan sebagai sebuah argumen penyempurnaan buku. Lebih dari itu, pendakian gunung baru itu merupakan sebuah ungkapan kerendahan hati bagi saya untuk seorang Covey. Ia menyadari sebuah karya bukan hasil yang muncul tiba-tiba. Sebuah karya besar melibatkan tim kerja yang besar. Sementara itu, kebesaran yang lebih utama adalah kebesaran hati.

Saya kembali ke soal kerendahan hati yang sulit saya lakoni. Terlebih menghadapi orang-orang yang sulit menemukan kesadaran diri seperti saya. Mereka telah melompat dan merasa mendarat di puncak gunung tertinggi. Memandang orang lain rendah ketika lompatannya belum usai. Saya menertawakan diri sendiri yang kadang merasa lucu menghadapi tingkah pongah manusia yang suka lupa diri. Saya tertawa, karena saya merasa tahu soal itu. Saya sering mencobanya lho. Sering pongah dan lupa diri. Wajar kalau kadang saya suka mengingatkan yang lupa diri.

Saya menemukan kata kunci yang sederhana tapi sungguh bermakna. Kata-kata Bunda Theresa "Hanya sedikit diantara kita yang bisa melakukan hal-hal besar. Tetapi semua orang bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang BESAR". Sangat mendalam dan penting untuk direfleksikan. Banyak kali, kita menjadi terlena. Barangkali sebut saja saya, agar anda merasa tidak dituding. Terlena dengan wacana dan gagasan besar. Suka diskusi sampai lupa diri dan anak isteri. Tetapi kita kerap lupa melangkahkannya dengan cara sederhana. Beranjak dari hati. Itulah langkah awal sebuah aksi, bukan semata diskusi para pendusta ideologi. Selamat belajar RENDAH HATI bersama saya. Berkah Dalem Gusti!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar