Pilihan

Jumat, 15 Juni 2012

MENGENAL DAN MEMAHAMI ORGANISASI


MENGENAL DAN MEMAHAMI ORGANISASI
(sebuah bahan sharing pemikiran dan pengalaman)

PENGANTAR
Dalam kehidupan kekinian, manusia senantiasa bergerak dan hidup berdinamika dalam sebuah ruang yang dikenal sebagai organisasi. Organisasi menjadi sebuah ruang bagi banyak insane untuk melatih diri dan mengembangkan gerak bersama dalam mencapai sebuah tujuan. Oleh karena itu, mengenal dan memahami dengan baik tentang organisasi pada era dewasa ini menjadi sebuah keniscayaan.
Sebagai seorang yang menjadi bagian kepengurusan organisasi, perlulah kiranya pengenalan dan pemahaman ini ditempatkan sebagai sebuah pilihan untuk menjalankan peran pengurus tersebut. Anda sekalian tentu saja sudah belajar mengenai banyak teori di kelas mengenai organisasi itu sendiri. Namun kali ini, penulis lebih banyak akan membagikan pengalaman dan ruang dialog untuk mengenal organisasi kemahasiswaan sebagai ruang interaksi kita pada saat ini. Sebuah ruang yang kita kenali sebagai

Sabtu, 02 Juni 2012

JALAN MASUK


 “Saat pikiran merasa tak ada lagi jalan keluar, pilihan akhir adalah masuk lebih dalam ke titik persoalan. Menyelami lebih jauh kerumitan logis dan tekanan emosional dengan tetap PERCAYA bila DIA setia. Berdialog sejenak bersama Paulo Coelho. BE MAGiS!”

Aku masih berada di kamar kos yang baru kutempati sepekan belakangan ini. Ruang baru yang harus kutempati, untuk memperhalus kata terpaksa oleh keadaan dan keterbatasan keuangan. Pikiranku tidak keluar seperti biasa. Seperti aku menjebak diriku di ruang kamar ini, pikiranku yang membebaskan pun enggan keluar juga cangkangnya.

Terlintas dalam pikiranku, sekali lagi di dalam pikiran, perkara-perkara yang kulewati dalam 2 hari belakangan. Sabda pada Jumat pertama di Kapel Bellarminus kemarin teringat jelas tentang kesetiaan pada perkara kecil dan perkara besar. Lalu ingatan akan materi kuliah yang kuberikan pada satu kelas dimana aku memberikan asistensi. Materi yang mengulas tentang pemujaan berhala baru dalam rupa teknologi. Pertengkaran berulang dengan seseorang yang kukasihi semalam dan yang paling sulit kukeluarkan dari labirin pikiranku adalah skripsi.

Menyelam bersama Paulo Coelho yang baru kuawali sepekan ini kulanjutkan kembali setelah Gunung Kelima menjadi penutup sebelum tidur malamku kemarin. Entah mengapa penyelaman ini menguatkan keyakinanku pada bagian akhir yang menguat dalam pikiranku. Skripsi, skripsi, dan skripsi. Ini menjadi semacam mainstream yang mempengaruhi tindakan dan cabang pikiran lainnya. Maka kuputuskan