Pilihan

Sabtu, 10 Desember 2011

MARTIR JALANAN

Mengingat pembicaraan di TV One beberapa waktu lalu soal aksi Bakar Diri yang dilakukan oleh seorang aktivis mahasiswa di depan Istana, ahli Psikologi Forensik sempat menyatakan maaf dan menyatakan aksi tersebut menyerupai motivasi pelaku teror. Namun demikian pernyataan yang sangat tidak peka dengan situasi tersebut seakan memaksa agar pemirsa TV tidak mengaitkan aksi tersebut dengan politik. Padahal sebagai seorang aktivis yang kerap menyuarakan persoalan kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat kecil dengan aksi di depan Istana sebagai pusat kekuasaan politik, jelaslah aksi ini bermotif politik.

Terlepas dari ketidaksetujuan soal cara yang dipilih, saya sepakat bahwa aksi bakar diri ini adalah pesan perlawanan terhadap status quo yang tidak bergerak dari persoalan korup yang menggurita. Aksi nekat dan cenderung merusak diri ini dari sisi iman memang sangatlah memprihatinkan. Namun dari kacamata sosia, bagi saya Sondang Hutagalung sang pelaku bakar diri adalah Martir Jalanan yang memberikan dirinya sebagai korban untuk menarik kesadaran kritis masyarakat dalam menumbangkan situasi kebangsaan kita yang semakin memuakkan.

Apapun perbedaan cara kita melihat Sondang, jangan biarkan korbannya sia-sia. Bergerak dan melawan. Selamat Jalan Sondang, Martir Jalanan!

Jumat, 02 Desember 2011

DARI DAERAH UNTUK INDONESIA

Dewan Perwakilan Daerah dapat menjadi penyeimbang kuat agar lembaga negara lain yang terkait dapat meningkatkan kinerjanya demi pelayanan atas publik. Sayangnya, bahwa hingga kini pun sesungguhnya semakin tergambar realita bahwa daerah benar-benar dalam keadaaan yang menantikan keadilan. Tercermin pula dari posisi DPD RI yang belum memiliki kewenangan yang mampu mengimbangi performa saudaranya di DPR RI. Maka sekali lagi cita-cita mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan pembangunan daerah serta pemenuhan hak-hak rakyat yang lebih sejahtera menjadi benar-benar menantang di lembaga yang masih belia ini. Tidak salah bila dengan berbagai problem ketidakadilan di daerah yang marak seperti terjadi di Papua, membuat para senator di DPD RI disebut sebagai aktor penantang perubahan.

Jadi, bila saya adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah, ruang-ruang komunikasi yang humanis dengan rakyat didaerah akan saya buka. Hal ini dapat dilakukan dengan senantiasa tampil apa adanya, jujur, bersahaja dan memberikan keteladanan bagi rakyat di daerah saya tinggal. Untuk menjaga ini, maka perlu menjaga habituasi dengan senantiasa memberi porsi besar waktu dengan berada diantara rakyat di daerah. Ini akan membantu saya dalam memupuk semangat memperjuangkan kepentingan daerah yang tersinergi dalam kebutuhan masa depan bangsa dan negara. Selain itu saya akan melakukan penguatan peran orang muda daerah, mereka akan didorong untuk lebih menyadari peran penting mereka sebagai aktor perubahan. Dengan melibatkan dan membangun jejaring diantara orang muda terutama organisasi kemahasiswaan maka akan terbangun gerakan sosial yang kuat dalam mengawal kebijakan pembangunan di daerah. Tentu saja dalam kapasitas saya yang terbatas saya juga akan berdialog dengan para pemangku kebijakan dan penyelenggara pemerintahan daerah agar memberikan kesempatan melalui program pemberdayaan kaum muda lewat anggaran daerah. Ini jauh lebih berguna dilakukan secara terintegrasi ketimbang dijadikan hibah yang pragmatis saat pilkada berlangsung.


Jejaring kaum muda daerah yang juga berada diluar daerah serta luar negeri juga akan saya kembangkan agar mereka yang berada di luar daerahnya mau kembali atau setidaknya berkontribusi lewat cara dan kapasitas mereka demi penguatan peran pembangunan daerah. Orang-orang muda ini bersama saya akan menjadi ujung tombak perubahan yang langsung menyapa serta bekerja bersama elemen kepentingan di daerah untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Realistis setelah menghitung persentase kebutuhan pribadi saya, sekali lagi kebutuhan dan bukan keinginan, maka selebihnya dari gaji saya akan saya alokasikan untuk beasiswa bagi beberapa orang dari orang muda daerah yang terkendala masalah keuangan dan terbukti punya prestasi dan potensi sebagai pemimpin daerah di masa mendatang. Selain menjaga semangat muda, ini juga akan menjadi sebuah pembelajaran besar bagi mereka sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan daerah bahkan di pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Seandainya menjadi anggota DPD RI. Bilapun tidak saya akan menjadi orang muda yang kritis dan berkontribusi sesuai dengan kapasitas untuk pembangunan daerah. Seperti Chico Mendes yang difilmkan dalam Burning Seasons, gagal jadi senator tetap berjuang demi perubahan sebagai aktor yang berani dan inspirator bahkan rela mati demi mimpinya yang luar biasa bagi daerahnya. Pernah menonton kisahnya? Jika belum, sebaiknya tonton dan maknai panggilan anda untuk daerah serta rakyat yang terpinggirkan oleh ketidakadilan.

Semoga DPD RI dapat menjadi kuat dan terlibat dalam mengupayakan Indonesia yang berdaulat. Aminn.... Amin!