Pilihan

Sabtu, 16 Februari 2013

KADERISASI & INTEGRITAS

Menyambut kerja keras para sahabat di PMKRI Yogyakarta untuk menggelar kaderisasi, saya tertarik untuk memberi catatan sebagai sebuah penyemangat. Tentu saja selain karena kaderisasi adalah aliran darah yang menghidupkan perhimpunan, kaderisasi juga merupakan sarana bagi lahirnya generasi muda Katolik Indonesia yang unggul demi kemajuan gereja dan bangsa.
3 Benang Merah
Sebagai anggota PMKRI tentu setiap kita haruslah ingat semangat dasar perhimpunan yang menyatukan seluruh gerak kita. Kristianitas sebagai satu dasar yang memanggil kita bersatu dalam himpunan murid-murid Kristus, Intelektualitas sebagai rahmat kecerdasan manusiawi kita dalam merespon seluruh perjuangan keadilan dan fraternitas sebagai pilar penyangga yang menekankan gerak persaudaraan. Identitas sebagai murid Kristus, terdidik dan menjunjung persaudaraan hendaknya menjadi titik gerak kaderisasi PMKRI.
Yogyakarta sebagai tempat semangat yang membentuk PMKRI secara nasional lahir, telah lama menjadi tempat para saudara dari cabang lain untuk berdialog. Dialog yang mengedepankan 3 benang merah ini tentu perlu dibiasakan secara intensif terlebih dalam era jejaring sosial sekarang. Gagasan menuju
indonesia yang humanis, adil dan menjunjung persaudaraan sejati harusnya semakin dapat dikembangkan.
Integritas
Merangkum seluruh kata dan semangat dari nilai dan identitas kader, saya memandang Integritas sebagai ciri utama kader PMKRI. Membentuk kader yang berintegritas membutuhkan kerja-kerja yang berintegritas. Pada hal ini nilai keteladanan menjadi pondasi proses pembelajaran yang ada. Bagaimanapun para pemimpin atau anggota PMKRI yang akan menyambut calon anggota, patut menampilkan diri sebagai seorang pembelajar. Artinya kesediaan menunjukkan semangat magis pada calon anggota dengan bertindak egaliter serta solider akan menjadi sebuah kekhasan tersendiri.
Bagaimana melahirkan kader yang berintegritas, pada hemat saya tidak dapat diandalkan pada sebatas retorika kata belaka. Perlu sebuah terjemahan atau terapan dari proses pembelajaran nilai di PMKRI ke sebuah fase yang lebih jauh yaitu proses pendidikan praksis. Setiap peserta perlu dibina dalam latihan-latihan yang membentuk pola hatibutasi sehingga integritas dapat tercermin melalui tindakan dan pembiasaan harian. Bagaimanapun pola ini menjadi dasar karena karakter diri dan sikap tidak mudah dibentuk tanpa habituasi. Syarat kecakapan kader adalah salah satu instrumen atau sarana yang membantu kita mengukur kualitas ini secara lebih jernih. Ukuran akan perkembangan dari pembiasaan termanifestasikan dalam berkembangnya kecakapan peserta kaderisasi.
Disinilah peran pengurus atau mereka yang bertanggungjawab terhadap proses kaderisasi ini menjadi penting. Sudahkah pengurus memahami PMKRI sebagai sebuah Kawah Candradimuka yang membentuk kader dari proses berkualitas? Mampukah kita sekalian menempatkan PMKRI sesuai visinya menjadi ruang tempat kita meyuarakan keadilan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati? Semua bergantung pada pemahaman dasar-dasar keorganisasian kita dan visi yang jauh ke depan. Organisasi ini bisa bergerak sesuai visinya, menjadi kumpulan mahasiswa galau, ataupun menjadi ruang hampa bergantung pada bagaimana pemimpin menunjukkan dirinya pada anggota.
Proses pembentkan kader yang berintegritas bukan sekadar wacana. Ia haruslah menjadi tanggungjawab bersama seluruh kita. Tanggungjawab bersama mensyaratkan kebersamaan dari mereka yang memang bercita-cita PMKRI sebagai wadah pembentukan kader berintegritas. Tanpa semua ini, impian menjadi perhimpunan yang memiliki budaya diskusi, budaya pembelajar dan ruangnya para pemimpin hanya menjadi kata diatas kata.
Terkait peran pemimimpin, ia hendaklah membangunkan mimpi dalam benak para anggota tentang keadilan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Inilah peran pemimpin PMKRI karena demikianlah yang menjadi visi PMKRI. Membicarakan ruang-ruang lain yang tidak memiliki keselarasan arah dengan visi hendaklah dipertimbangkan. Selain membangunkan mimpi akan visi mulia PMKRI, tentu saja Pemimpin hendaklah pribadi yang visioner. Mampu menunjukkan mimpi dan mampu mendorong para pemimpi ini menjadi pemimpin menuju kondisi Indonesia yang adil, berkemanusiaan dan menjunjung persaudaraan sejati.
Maka semoga seluruh daya kritis dan semangat pelayanan kita benar-benar memiliki arah dan daya. Perhimpunan ini hendaklah dibangun diatas seluruh nilai luhur kita dan diletakkan pada sistem yang berjalan selaras. Meletakkannya hanya dalam kepala, apalagi kepala satu dua orang yang tidak visioner akan menempatkan masa depan organisasi ini pada bahaya laten kegalauan.
Selamat dan semangat belajar dalam himpunan pembaharu ini. Semoga kita hidup senantiasa dalam arah perubahan menuju cita-cita PMKRI akan keadilan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Mereka yang tidak mampu melihat perubahan dan bergerak seirama dengan perubahan akan menjadi korban perubahan. Selamat berjuang rekan-rekan!

Be Magis!

Pro ecclesia et patria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar