Pilihan

Kamis, 03 Mei 2012

ITE INFLAMMATE OMNIA

Heiiii ... ini sudah 26 bro .... BANGUN!!!
Aku menikmati pagi dalam syukur dan kesejukan alam. Penat dan kegelisahan besar yang merusak alam berpikirku kemarin malam sejenak kuhalau dalam kehangatan pagi. Menggerakkan hati dan badan pagi ini sungguh suatu kegembiraan dan bangun pagi tentu adalah hadiah terbesar setiap ulang tahun. Kebayang rasanya tanpa bangun pagi, bingung juga gimana mau mensyukuri hari ulang tahun dan membalas pesan di HP dan jejaring sosial sekelas Facebook dan kerabatnya. So, matur nuwun, mbue bujur man Dibata, alhamdulilah puji Tuhan, boleh bangun pagi.

Pesan & UCapan
Puluhan pesan aku balas setelah duduk manis di depan monitor. Puluhan doa dan harapan kuamini dan kusyukuri sembari melihat kembali setahun ini. Rasanya tahun terus berganti dan semua berjalan tak jarang berlari tanpa aku sadari. Makin menua dan masih berharap menimba ilmu kahuripan menjadi dewasa. Setahun ini di hari ini aku menjadi pribadi 26 alias pribadi rela, aku melihat jejak langkahku yang semakin kritis dan perlu pembaharuan. Aku tahu banyak hal yang telah kulakukan sepanjang tahun kebelakang namun belum sepenuhnya yakin kalau semua sempat kusyukuri di hari kemarin. Bagian kelam setahun ini biar Gusti Allah yang melihat dan
menakarnya dalam timbangan keadilan. Selebihnya biarlah aku menaruh hal pada satu kebaikan seperti hal yang ditaruh Zeus dalam kotak Pandora, Harapan.

Aku ingin menimba makna setahun ini dengan menaruh kembali harapanku untuk lahir kembali dan berjuang. Berjuang untuk hidup dan panggilan iman yang lebih lagi seperti selalu kutitipkan dalam catatan statusku, Be MAGiS. Aku tahu tiadalah kesucian dan kesempurnaan dalam hidup yang datang sepanjang tahun-tahun kemarin dan akan datang tanpa korban diri dalam kerendahan hati dan juga rahmatNya. Itu pun barangkali saatnya tiba saat sudah menjadi baka.

Aku mensyukuri hidup ditengah kepenatan sosial dan teriakan kaum buruh pada saat May Day dan juga keprihatinan atas situasi buruk yang masih merongrong dunia pendidikan kita. Selain itu bayang-bayang tanggungjawab moral dan sosial yang masih harus pula kupenuhi rasa-rasanya membuat cemas sekaligus juga memberi tantangan untuk hidup semakin berdaya juang. Melihat bagaimana kaum buruh negeri ini seperti melihat kembali Ajaran Sosial Gereja yang mendorong keadilan bagi semua. Setidaknya aku sedikit copas catatan dari Rm. Yohanes Ari Purnomo, Pr dari situs paroki Sragen.

Pokok- Pokok Ajaran Sosial Gereja (ASG)
Ajaran Sosial Gereja memiliki pokok ajaran tentang penghormatan atas martabat manusia sebagai citra Allah yang hidup dalam komunitas sosial dengan segala dinamika hidupnya. Pokok ini mendasari seluruh prinsip dan isi ajaran sosial Gereja. Prinsip-prinsip ASG antara lain: kesejahteraan umumsubsidiaritas, dan solidaritas.
  • Kesejahteraan umum: keseluruhan kondisi kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota perorangan untuk secara lebih penuh dan lebih lancar memperoleh kesempurnaan mereka sendiri. Hal pencapaian kesejahteraan umum ini diusahakan di dalam berbagai aspek bidang kehidupan: bidang politik, ekonomi (harta benda), sosial, dan budaya. Setiap pribadi punya tanggung jawab memperjuangkan kesejahteraan umum ini dengan menghormati hak asasi setiap manusia.
  • Subsidiaritas: Tidaklah mungkin memajukan martabat pribadi tanpa menunjukkan kepada keluarga, kelompok-kelompok, paguyuban-paguyuban, kenyataan teritorial setempat; apa saja yang menyokong bentuk ungkapan di bidang ekonomi, sosial, budaya, olah raga, rekreasi, profesi dan politik, untuknya orang-orang secara spontan terlibat dan yang memungkinkan mereka untuk menggapai pertumbuhan sosial secara efektif. (pemberdayaan sosial)
  • Solidaritas: tekad yang teguh dan tabah untuk membaktikan diri kepada kesejahteraan umum, kepada kesejahteraan semua orang dan setiap perorangan karena kita semua sungguh bertanggung jawab atas semua orang. Dasar dari solidaritas adalah keadilan dan cinta kasih.
 Catatan 100 Dolar dan Persahabatan
Well... kok terkesan aneh membicarakan ASG di hari pribadiku. Tapi biar aneh, bagiku tidak sama sekali. Jika tetap merasa aneh pun aku tidak akan merasa bermasalah. Hanya aku mengenangkan kembali catatan diatas tentang martabat kemanusiaan yang diberikan padaku 26 tahun silam. Selain itu keillahianku oleh penciptaanku yang menjadikanku citra Allah membuatku memaknai hidupku yang semestinya mengamalkan panggilan Allah di tengah duniaku.

Aku ingat seorang sahabat dan saudara terbaikku memberiku selembar dolar bernominal 100 saat aku dalam kesulitan beberapa bulan terakhir dalam memenuhi kebutuhanku. Ada lembaran rupiah lain yang nilainya sangat berarti. Entah bagaimana Allah selalu luar biasa menghadapiku. Barangkali memang karena aku ya Citra Allah sehingga Ia dalam rupa lain yang bernama Sahabat selalu hadir membantuku. Sahabatku ini, sebut saja namanya Niko(-karena memang itulah namanya), adalah pribadi yang membuatku berefleksi lagi pada Ajaran Sosial Gereja. Pada lingkungan sosial yang lebih sederhana diantara pribadi-pribadi yang mengikat diri sebagai sahabat dan saudara prinsi atau pokok-pokok pirikiran ASG diatas sungguh relevan rasa-rasanya.

Dolar dan Rupiah bukanlah yang utama. Itu tak lebih dari sekadar sarana untuk melihat bagaimana cara kerja subsidiaritas dan solidaritas bekerja dalam relasi persahabatan. Lebih dari itu, tentu saja tindakan pada satu manusia yang masuk dalam lingkaran utama kita pun berkontribusi walau kecil terhadap pencapaian Bonum Communae. Lebih dari itu tatkala mengenang perjalanan kami menjadi bagian dari gerakan kecil dalam realitas sosial kemasyarakatan selama ini dan yang kami citakan ke depan. Maka tak salah aku merefleksikan nilai keutamaan ASG dalam perjalanan hidupku kemarin, hari ini dan yang akan datang. Sembari itu berandai-andai bila nilai pokok ASG ini menjadi bagian dari semangat pendidikan nasional dan gerakan solidaritas buruh yang nafas keadilannya diatur oleh Hubungan Industrial. Betapa akan luar biasa damainya negeri ini.

Kasih Tak Berkesudahan
Oleh karena martabat kemanusiaan yang luar biasa itu aku melakukan pencarian dalam diriku. Rasanya sulit menemukan keutuhan martabat itu dalam diriku. Barangkali tertutup oleh noda-noda hitam dalam perjalanan hidup selama ini. Satu hal yang pasti dan tak bisa kupungkiri adalah bagaimana citra Allah yang luar biasa dan menunjukkan semangat solidaritas luar biasa berlandas kasih hadir setiap hari dalam hidupku tahun-tahun belakangan ini. Kehadiran Sian yang menerangi jejak hidupku selama ini bagaikan karunia yang tak terduga dan luar biasa.

Pribadi yang sederhana dan senantiasa penuh kasih dan kesabaran ini sungguh bukan pribadi biasa. Dalam keyakinan besarku, ia adalah bagian lain yang tak terpisahkan dalam peziarahan hidupku. Kebesaran Tuhan justeru selalu terpancar dalam kontak dialog yang kurefleksikan. Sayangnya aku barangkali tidak mampu membalas dengan baik kasih tak berkesudahan yang dihadirkan Tuhan lewat kesetiaannya. Ini seperti mengusik batin dan membuat kadang sesal tak terbayangkan. Tidak ada kekuatan besar yang mampu mengusik keteguhan batinnya dalam mengasihi, sejauh yang kurasakan selama ini. Maka betapa indahnya mensyukuri dia dalam hari-hari ini sebab hanya karena Dialah maka kehadiran terang hidupku makin berarti.

Terima Kasih Tuhan
Aku tak mampu menyelami lebih jauh selain mensyukuri dan berterima kasih pada Tuhan untuk perjalanan yang menempuh radius 26 tahun ini. Ada banyak pribadi dan komunitas utama yang menjadi saranaku mengenal tujuan hidupku yakni Tuhan itu sendiri. Mulai dari keluarga, kerabat, sahabat dan komunitas dimana aku terlibat. Rasanya aku juga mau mensyukuri kehadiran sosok-sosok utama dalam hidupku beberapa waktu ini: Sian kasihku, Niko Sobatku, Olan Sobat yang lain, Keluargaku, khusus Rm. Adrie, MSC., Sr. Iren, FCJ., Rm. Bagus, SJ., Rm. Roni, SJ., Keluarga Besar PMKRI Yogyakarta khususnya Rio, Indra, Tata, Angga, dan Pak Sony Cs. Pada Matheus dan beberapa relasi inti perhimpunan, Be MAGiS Community, serta kerabat utama di MAGiS Yogyakarta serta banyak lagi yang menjadi pribadi luar biasa bagiku. Aku mensyukuri dan berterima kasih atas kehadiran mereka sebagai guru terbaik dalam tahun-tahun ini dan mungkin yang akan datang juga. Ingin pada saatnya mampu memberikan yang terbaik pada semuanya.

Tiada yang lebih besar yang kuharapkan selain aku menjadi pribadi yang berarti bagi Tuhan dalam peziarahan panjang dan menantang di dunia. Aku ingin lahir baru dan berjuang melewati semua yang pernah kubayangkan seperti Tuhan telah tunjukkan. It's all part of experience!
Pasti BISA dan Aku BISA!




Yogyakarta, 04 Mei 2012





Be MAGiS!
Ite Inflammate Omnia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar