Pilihan

Minggu, 11 Maret 2012

BUKAN "STM"


Sajian di The Teebox Cafe Jakarta membuatku sangat menyesal. Sajian luar biasa tak dapat dihindari tapi tak juga dapat dinikmati dengan leluasa. Sepiring Mie sebelum melaju kesana kadung membuat perut kenyang luar biasa. Akhirnya aku hanya mencicipi seadanya dan harus merelakan sajian berselera dan berkelas disitu. Niko, sahabat yang mengajakku malam itu hanya menertawakanku dalam keadaan itu.

Aku mengenang kembali masa dimana dulu awal membangun kebersamaan dan proses pengakuan satu sama lain sebagai seorang sahabat, sebagai seorang saudara. Seusiaku saat ini, aku baru mengakui persahabatan bukanlah sebuah hal yang mudah. Tak mudah mendapatkannya, tak mudah pula menjalaninya. Sepanjang pengalamanku, seorang sahabat adalah seorang pribadi lain yang menjadi bagian dari diri kita. Tak terpisahkan. Sahabat menjadi bagian dari dirimu sehingga ia hadir untuk menjadikan hidupmu sebagai sebuah proses yang menumbuhkan kebaikan.

Tak mudah mengatakan pula pada seseorang bahwa dia sahabat. Sebab bagiku saat mengatakan sahabat artinya aku akan menjadi seorang yang hadir dalam hidupnya dan menjadikannya pribadi yang lebih baik lewat persahabatan. Begitu pula aku bersyukur bahwa
kehadiranku di Jakarta untuk merayakan persahabatan dan merefleksikan kembali sejauh mana hidup kami masing-masing telah berjalan menjadi momen yang berharga. Pada akhirnya ada makna yang dalam dari refleksi kilas balik persahabatan kami terutama saat saling berbagi kisah, kritik dan saran. Tidak ada yang disembunyikan.

Aku ingat pengalaman berbeda saat berada dalam sebuah perhimpunan yang interaksinya seharusnya dilandasi semangat yang sama. Tapi dalam satu pengalaman lain aku menemui adanya sebuah ilusi persahabatan yang sangat dalam dan tajam mengoyak realitas. Saat dimana persahabatan itu muncul dalam masa kehadiran kepentingan. Saat setiap orang berkepentingan maka persahabatan begitu hebat kesannya. Saat kepentingan berbeda maka serangan, hujatan, dan kejujuran lenyap seperti kentut yang dilepaskan. Bau menyebar tanpa jelas pelakunya.

Apa yang membedakannya?
Ikatan persahabatan dalam dua pengalaman yang kumiliki dibedakan oleh satu hal bahwa persahabatan bukanlah sekadar pernyataan kesadaran pikiran belaka. Persahabatan adalah hasil kesadaran batin dan solidaritas berpikir dalam rangka saling menerima satu sama lain sebagai bagian dari diri. Pada bagian yang pertama, persahabatan menjadi hidup karena ia diisi dengan keterbukaan dan dukungan moril yang kuat. Tidak ada bagian yang menciderai hidup dan perjalananmu. Sementara pada bagian kedua persahabatan menjadi sebuah ilusi karena diisi oleh diskusi dan perdebatan alam pikir yang mengeringkan. Tidak ada dialog batin dan kerapkali intrik menjadi satu hal yang biasa.

Persahabatan sekali lagi telah memberiku hidup yang lebih berarti. Pengalaman semalam bersua dengan dua sahabat di Jakarta dalam keadaan yang mengagetkan, memalukan, dan terkesan asing toh memberi kegembiraan hidup. Disana ada perayaan hidup dan persahabatan yang menguatkan. Bukan STM atawa Sahabat Tapi Musuh, yang tampak di depan layaknya sahabat tapi dibelakang seperti musuh yang siap membunuh.

Pengalaman ini memberiku banyak kesan dan makna. Aku bersyukur untuk itu dan berterima kasih pada sahabat terbaikku. Jadi, sudahkah anda menghidupi PERSAHABATAN dalam hidup anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar