Pilihan

Senin, 22 Agustus 2011

JANGAN MENGHINDAR

Banyak pengalaman yang dimiliki tiap-tiap orang dalam hidup. Pengalaman akan menentukan seberapa besar kemampuan kita menghadapi tantangan kekinian dan masa depan serta membentuk sikap mental kita dalam melihat persoalan yang ada. Begitu kita memiliki pengalaman buruk, maka ketika kita menemukan hal yang sama maka sikap kita cenderung akan menghindar dan menjauh.

Tapi bukankah pilihan dalam menghidupi pengalaman ada pada kita? Tidak banyak kita menyadari betapa besarnya kuasa kita atas waktu yang mengisi batasan pengalaman. Kita lebih banyak terjebak dalam arus waktu dan dikendalikan oleh kesibukan di dalamnya tanpa kita mampu mendorong kesadaran ke arah pencerahan. Seorang sahabat bercerita bagaimana ia dalam kesunyian dan komplikasi masalah tanpa seorang pun yang menaruh hati dan waktu untuk mengerti persoalannya. Sementara yang lain seakan hidup dalam ruang yang teralienasi dan mengalami kegalauan luar biasa dalam mengolah pengalaman. Beberapa yang bahkan terang-terangan menunjukkan sikap rendah diri dan seakan kehilangan rasa percaya diri dalam melihat posisinya dalam hidup. Sahabat yang mengalami tekanan hebat ini merasa diabaikan. Mereka yang seharusnya hadir saat dibutuhkan, termasuk orang terdekatnya sekalipun tak mampu memberinya kelegaan. Sepanjang waktu ia berusaha untuk mengerti tetapi jarang ia dimengerti. Betapa pun ia merasakan bagaimana dunia yang semakin maju dengan perangkat teknologi komunikasi pun tidak membantu. Pendidikan yang makin maju pun tak pula mampu memberi solusi. Setiap orang larut dalam masalahnya dan menganggap hidup seperti di pulau tak berpenghuni. Setiap orang menjadi begitu egois tanpa mereka sadari.

Peradaban dalam pilar teknologi telah merenggut solidaritas dan kebersamaan dari tiap insan yang masih bertualang mencari identitas diri dan yang mencoba menemukan realitas hidupnya ditengah kekinian. Banyak insan terjebak dalam prasangka, menghakimi sebelum mengenali situasi dan bukti. Banyak pula yang terjebak dalam tradisi ewuh pakewuh akut sampai menutup diri dari situasi nyata di sekitarnya. Sahabat ini menangisi persoalannya. Persoalan yang menekan ke ubun-ubun dan menghantui pikirannya. Sementara mereka yang dinanti tak jua muncul dan terjebak pula pada soal yang kurang lebih sama. Terjebak dalam pulau tak berpenghuni di ruang pikirnya masing-masing. Setiap orang merasa memiliki persoalan berat dan merasa haram hukumnya bila kerapuhannya semakin dikenali di ruang publik. Bukankah situasi ini semakin menunjukkan watak generasi demi generasi yang kian rapuh. Maka banyak kali solusi pendek yang dipilih dalam mengatasi persoalan adalah dengan cara menghindar.

Tetapi benarkah menghindar merupakan jalan menyelesaikan masalah? Terutama menghindar dengan menepi terlalu jauh di pulau tak berpenghuni. BUkankah rasanya lebih indah membagikan diri dan kegalauan dengan orang-orang dekat kita? Saling berbagi dan bersama mencoba membedah persoalan untuk menemukan momen kebangkitan dari kebersamaan. Maka bila kita menemukan masalah, adalah baik bila kita menginventarisirnya dalam catatan dan mengajak para sahabat dan rekan untuk membantu kita. Kita barangkali tidak akan menuntaskan masalah sepenuhnya, namun sebagian dari masalah sudah akan berkurang saat dibagikan dalam semangat saling menopang. Jangan menghindar atau semakin besar tembok yang menghadang karena kita tak pernah benar-benar menyelesaikan masalah.

Be MAGiS!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar