Pilihan

Kamis, 30 Juni 2011

Peace Building Training

"Tak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian agama-agama " Hans Küng

Mendalami dialog umat beragama perlu sebuah upaya bersama. Dalam peace building training yang digelar Pusat Pastoral Yogyakarta (30/06) kami mendalaminya bersama belasan mahasiswa muslim dan kristiani. Salah satu langkah pelatihan adalah dengan mengajak peserta mengenali keragaman dan mendalami kondisi masyarakat.

Pagi ini misalnya saya bercengkerama dengan Pak Asmo yang bekerja sebagai koster di salah satu gereja kristen. beliau bertutur tentang harmoni yang terbangun di wilayah tempatnya tinggal. Menurutnya kehidupan harmonis di lingkungannya terjaga karena adanya sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Dalam perayaan agama setiap warga menunjukkan toleransi dengan sesamanya. Agama memang rentan memicu konflik, namun hal itu dapat dihindari dengan memelihara toleransi dan relasi sosial yang baik antara warga. Pancasila sebagai sebuah pandangan hidup berbangsa menurutnya sangat penting dalam menjaga harmoni diantara perbedaan yang ada. Pancasila memberi ruang bagi tiap pemeluk agama dalam menghayati keyakinannya masing-masing. Keterlibatan dalam ruang masyarakat untuk tiap pemeluk agama harus mengedepankan toleransi dan tidak menonjolkan agama masing-masing. Hal ini untuk menciptakan kerukunan masyarakat yang beragam.

Hal senada diungkapkan bu Sri asal Tirtomartani, Kalasan yang bekerja sebagai buruh cuci di salah satu usaha Laundry di Condong Catur. Sambil berbincang soal usaha laundry tempatnya bekerja, wanita lulusan SMP ini mengungkapkan warga sekitar tempatnya tinggal relatif rukun dan saling menghormati. AGama diungkapkan dalam sikap saling menghormati dan penghayatan nilai. Memandang pancasila, ia menganggap penting kendati pancasila hanya dimaknai dan dibicarakan di lingkungan sekolah. Untuk menjaga harmoni masyarakat setiap pemeluk umat beragama harus menjaga satu sama lain tanggungjawabnya dan tidak mengabaikan yang lain.

Jadi, bila kita menyaksikan kekerasan dan konflik yang berwajah agama di media yang terjadi selama ini maka realita di masyarakat juga menunjukkan bahwa tidak semua hal kisruh itu berlaku di masyarakat. Persfektif yang keliru soal agama memang hendaknya dibarengi dengan menangkap realita sosial yang ada sambil terus menerus mengupayakan jembatan dialog. Kaum muda kristiani dan muslim perlu mengembangkan wacana dan gerak dialog secara intens untuk mengatasi perbedaan yang berujung pada konflik.

Nah, bagaimana anda memandang nilai-nilai universal agama anda dan mulai membangun niat memajukan INDONESIA?