Menyambut kerja keras para sahabat di PMKRI Yogyakarta untuk
menggelar kaderisasi, saya tertarik untuk memberi catatan sebagai sebuah
penyemangat. Tentu saja selain karena kaderisasi adalah aliran darah
yang menghidupkan perhimpunan, kaderisasi juga merupakan sarana bagi
lahirnya generasi muda Katolik Indonesia yang unggul demi kemajuan
gereja dan bangsa.
3 Benang Merah
Sebagai anggota PMKRI tentu setiap kita haruslah ingat semangat dasar
perhimpunan yang menyatukan seluruh gerak kita. Kristianitas sebagai
satu dasar yang memanggil kita bersatu dalam himpunan murid-murid
Kristus, Intelektualitas sebagai rahmat kecerdasan manusiawi kita dalam
merespon seluruh perjuangan keadilan dan fraternitas sebagai pilar
penyangga yang menekankan gerak persaudaraan. Identitas sebagai murid
Kristus, terdidik dan menjunjung persaudaraan hendaknya menjadi titik
gerak kaderisasi PMKRI.
Yogyakarta sebagai tempat semangat yang membentuk PMKRI secara
nasional lahir, telah lama menjadi tempat para saudara dari cabang lain
untuk berdialog. Dialog yang mengedepankan 3 benang merah ini tentu
perlu dibiasakan secara intensif terlebih dalam era jejaring sosial
sekarang. Gagasan menuju
indonesia yang humanis, adil dan menjunjung
persaudaraan sejati harusnya semakin dapat dikembangkan.
Integritas
Merangkum seluruh kata dan semangat dari nilai dan identitas kader, saya
memandang Integritas sebagai ciri utama kader PMKRI. Membentuk kader
yang berintegritas membutuhkan kerja-kerja
yang berintegritas. Pada hal ini nilai keteladanan menjadi pondasi
proses pembelajaran yang ada. Bagaimanapun para pemimpin atau anggota
PMKRI yang akan menyambut calon anggota, patut menampilkan diri sebagai
seorang pembelajar. Artinya kesediaan menunjukkan semangat magis pada
calon anggota dengan bertindak egaliter serta solider akan menjadi
sebuah kekhasan tersendiri.
Bagaimana melahirkan kader yang berintegritas, pada hemat saya tidak
dapat diandalkan pada sebatas retorika kata belaka. Perlu sebuah
terjemahan atau terapan dari proses pembelajaran nilai di PMKRI ke
sebuah fase yang lebih jauh yaitu proses pendidikan praksis. Setiap
peserta perlu dibina dalam latihan-latihan yang membentuk pola
hatibutasi sehingga integritas dapat tercermin melalui tindakan dan
pembiasaan harian. Bagaimanapun pola ini menjadi dasar karena karakter
diri dan sikap tidak mudah dibentuk tanpa habituasi. Syarat kecakapan
kader adalah salah satu instrumen atau sarana yang membantu kita
mengukur kualitas ini secara lebih jernih. Ukuran akan perkembangan dari
pembiasaan termanifestasikan dalam berkembangnya kecakapan peserta
kaderisasi.
Disinilah peran pengurus atau mereka yang bertanggungjawab terhadap
proses kaderisasi ini menjadi penting. Sudahkah pengurus memahami PMKRI
sebagai sebuah Kawah Candradimuka yang membentuk kader dari proses
berkualitas? Mampukah kita sekalian menempatkan PMKRI sesuai visinya
menjadi ruang tempat kita meyuarakan keadilan, kemanusiaan dan
persaudaraan sejati? Semua bergantung pada pemahaman dasar-dasar
keorganisasian kita dan visi yang jauh ke depan. Organisasi ini bisa
bergerak sesuai visinya, menjadi kumpulan mahasiswa galau, ataupun
menjadi ruang hampa bergantung pada bagaimana pemimpin menunjukkan
dirinya pada anggota.
Proses pembentkan kader yang berintegritas bukan sekadar wacana. Ia
haruslah menjadi tanggungjawab bersama seluruh kita. Tanggungjawab
bersama mensyaratkan kebersamaan dari mereka yang memang bercita-cita
PMKRI sebagai wadah pembentukan kader berintegritas. Tanpa semua ini,
impian menjadi perhimpunan yang memiliki budaya diskusi, budaya
pembelajar dan ruangnya para pemimpin hanya menjadi kata diatas kata.
Terkait peran pemimimpin, ia hendaklah membangunkan mimpi dalam benak
para anggota tentang keadilan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.
Inilah peran pemimpin PMKRI karena demikianlah yang menjadi visi PMKRI.
Membicarakan ruang-ruang lain yang tidak memiliki keselarasan arah
dengan visi hendaklah dipertimbangkan. Selain membangunkan mimpi akan
visi mulia PMKRI, tentu saja Pemimpin hendaklah pribadi yang visioner.
Mampu menunjukkan mimpi dan mampu mendorong para pemimpi ini menjadi
pemimpin menuju kondisi Indonesia yang adil, berkemanusiaan dan
menjunjung persaudaraan sejati.
Maka semoga seluruh daya kritis dan semangat pelayanan kita
benar-benar memiliki arah dan daya. Perhimpunan ini hendaklah dibangun
diatas seluruh nilai luhur kita dan diletakkan pada sistem yang berjalan
selaras. Meletakkannya hanya dalam kepala, apalagi kepala satu dua
orang yang tidak visioner akan menempatkan masa depan organisasi ini
pada bahaya laten kegalauan.
Selamat dan semangat belajar dalam himpunan pembaharu ini. Semoga
kita hidup senantiasa dalam arah perubahan menuju cita-cita PMKRI akan
keadilan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Mereka yang tidak mampu
melihat perubahan dan bergerak seirama dengan perubahan akan menjadi
korban perubahan. Selamat berjuang rekan-rekan!
Be Magis!
Pro ecclesia et patria!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar